Partikulat udara menjadi salah satu faktor utama yang menentukan kualitas udara suatu wilayah. Di antara berbagai jenis polutan yang ada, PM2.5 dan PM10 merupakan dua parameter yang paling sering digunakan dalam pemantauan kualitas udara. Keduanya berperan besar dalam menentukan seberapa bersih atau tercemarnya udara yang kita hirup setiap hari.

Menurut World Health Organization (WHO), paparan partikulat berukuran halus, terutama PM2.5, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, gangguan paru, dan bahkan kematian dini. Oleh karena itu, pemahaman mengenai PM2.5 dan PM10 menjadi hal yang penting, tidak hanya bagi kalangan industri, tetapi juga bagi masyarakat umum dan lembaga pengawasan lingkungan.
Apa Itu PM2.5 dan PM10?
Particulate Matter (PM) atau materi partikulat adalah campuran partikel padat dan cair yang tersuspensi di udara. Partikel ini memiliki ukuran mikroskopis dan berasal dari berbagai sumber, baik alami maupun aktivitas manusia.

Berdasarkan ukurannya, partikulat dibedakan menjadi dua kategori utama:
- PM10: Partikel dengan diameter kurang dari 10 mikrometer (µm).
- PM2.5: Partikel dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer (µm).
Ukuran yang sangat kecil ini memungkinkan partikel untuk melayang di udara dalam waktu lama dan berpotensi masuk ke dalam sistem pernapasan manusia.
Perbedaan PM2.5 dan PM10
Perbedaan mendasar antara PM2.5 dan PM10 terletak pada ukuran partikel, sumber pembentukannya, serta tingkat bahaya terhadap kesehatan.
| Aspek | PM10 | PM2.5 |
| Ukuran Partikel | <10 µm | <2,5 µm |
| Sumber Utama | Debu, abu vulkanik, aktivitas konstruksi | Pembakaran bahan bakar, emisi kendaraan, asap industri |
| Dampak Kesehatan | Iritasi hidung dan tenggorokan | Menembus paru-paru hingga aliran darah |
| Sifat Fisik | Mudah mengendap | Melayang lama dan menyebar jauh |
| Potensi Bahaya | Sedang | Tinggi |
Semakin kecil ukuran partikulat, semakin mudah partikel tersebut masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan efek kesehatan yang serius.
Sumber PM2.5 dan PM10 di Lingkungan
1. Sumber Alami
Beberapa sumber alami pembentuk partikulat antara lain:
- Debu tanah yang terbawa angin.
- Abu dari letusan gunung berapi.
- Asap akibat kebakaran hutan.
- Garam laut dari ombak di daerah pesisir.
2. Sumber Antropogenik (Buatan Manusia)
Sumber buatan manusia merupakan kontributor terbesar dalam peningkatan kadar PM di udara, seperti:
- Emisi kendaraan bermotor, terutama dari mesin diesel.
- Proses industri dan pembangkit listrik berbasis batu bara.
- Pembakaran sampah atau biomassa.
- Aktivitas konstruksi dan pertambangan yang menghasilkan debu halus.
Kombinasi dari sumber alami dan antropogenik inilah yang membuat konsentrasi partikulat di udara meningkat, terutama di wilayah padat aktivitas manusia.

Metode Pengukuran PM2.5 dan PM10
Pemantauan kadar partikulat dilakukan menggunakan peralatan khusus yang mampu mendeteksi partikel berdasarkan massa atau jumlah partikel di udara. Terdapat dua metode utama yang digunakan:
1. Metode Gravimetri
Metode ini menggunakan filter khusus yang menangkap partikel dari udara selama periode tertentu. Filter kemudian ditimbang untuk mengetahui massa total partikulat. Metode ini memiliki tingkat akurasi tinggi namun membutuhkan waktu dan tidak dapat memberikan hasil secara langsung.
2. Metode Sensor Digital (Optical / Laser Scattering)
Teknologi terkini memanfaatkan sensor laser untuk mengukur konsentrasi partikulat berdasarkan prinsip penyebaran cahaya.
Sensor jenis ini mampu memberikan data real-time mengenai kadar PM2.5 dan PM10 dengan tingkat ketelitian tinggi. Alat seperti Air Quality Monitoring System (AQMS) dan Portable Particulate Counter banyak digunakan untuk keperluan pemantauan lingkungan perkotaan maupun industri.

Standar Kualitas Udara di Indonesia
Pemerintah Indonesia menetapkan batas ambien kualitas udara melalui Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Batas maksimum partikulat di udara adalah sebagai berikut:
| Jenis PM | Rata-rata 24 Jam | Rata-rata Tahunan |
| PM10 | 150 µg/m³ | 50 µg/m³ |
| PM2.5 | 55 µg/m³ | 15 µg/m³ |
Jika kadar partikulat melebihi batas ini, maka udara dikategorikan tidak sehat dan berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat.

Dampak Kesehatan Akibat PM2.5 dan PM10
Dampak Jangka Pendek
- Iritasi pada saluran pernapasan bagian atas.
- Batuk, sesak napas, dan gangguan pernapasan ringan.
- Meningkatkan risiko serangan asma.
Dampak Jangka Panjang
- Kanker paru-paru dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Penyakit jantung koroner akibat partikel yang masuk ke peredaran darah.
- Gangguan sistem saraf dan fungsi kognitif.
- Penurunan harapan hidup akibat paparan terus-menerus.
WHO mencatat bahwa paparan jangka panjang terhadap PM2.5 dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung dan paru secara signifikan.

Dampak Lingkungan dari Partikulat Udara
Selain berdampak pada kesehatan manusia, partikulat udara juga berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Beberapa efek yang dapat diamati antara lain:
- Penurunan jarak pandang (haze) di area perkotaan atau pegunungan.
- Terbentuknya hujan asam akibat reaksi kimia di atmosfer.
- Penurunan kualitas tanah dan air karena endapan partikulat berbahaya.
- Perubahan iklim mikro, karena partikel dapat menyerap dan memantulkan cahaya matahari.
Dampak ini menunjukkan pentingnya pengendalian partikulat untuk menjaga stabilitas ekosistem dan kualitas hidup manusia.
Langkah-Langkah Mengurangi Paparan PM2.5 dan PM10
Bagi Individu
- Gunakan masker N95/KN95 saat indeks kualitas udara menunjukkan kategori tidak sehat.
- Minimalkan aktivitas di luar ruangan pada jam-jam padat kendaraan.
- Gunakan air purifier dengan HEPA filter di dalam ruangan.
- Menanam vegetasi di sekitar tempat tinggal untuk membantu menyaring udara.
Bagi Pemerintah dan Industri
- Pengawasan emisi kendaraan dan industri dengan sistem pemantauan otomatis.
- Implementasi Air Quality Monitoring System di area perkotaan dan kawasan industri.
- Edukasi publik tentang bahaya polusi udara dan pentingnya upaya pengendalian.
- Penggunaan energi bersih serta peningkatan efisiensi sistem transportasi.
Teknologi Sensor untuk Pemantauan PM2.5 dan PM10
Pengukuran kualitas udara kini semakin akurat berkat penggunaan sensor digital berbasis laser. Sensor ini bekerja dengan mendeteksi jumlah partikel di udara berdasarkan pantulan cahaya yang dihasilkan.
Beberapa jenis peralatan yang umum digunakan antara lain:
- Air Quality Monitoring System (AQMS) yang terintegrasi dengan data logger dan jaringan cloud.
- Portable Dust Monitor untuk inspeksi di lapangan.
- Smart Sensor Station dengan kemampuan real-time data visualization.
Teknologi ini memudahkan instansi pemerintah, lembaga penelitian, maupun industri dalam memantau kualitas udara secara terus-menerus dan tepat waktu.
Pentingnya Pemantauan Kualitas Udara
Pemantauan PM2.5 dan PM10 memberikan dasar ilmiah untuk:
- Menilai tingkat pencemaran udara.
- Mengidentifikasi sumber utama emisi partikulat.
- Menentukan kebijakan pengendalian dan mitigasi polusi.
- Melindungi kesehatan masyarakat secara preventif.
Tanpa data yang akurat, upaya pengendalian polusi udara akan sulit dilakukan. Oleh karena itu, ketersediaan alat ukur dengan akurasi tinggi dan keandalan jangka panjang sangat penting dalam sistem pemantauan kualitas udara nasional.
LIHAT ALAT MONITORING KUALITAS UDARA KAMI DISINI!
PM2.5 dan PM10 merupakan indikator penting dalam menilai kualitas udara. Ukurannya yang kecil membuat partikulat ini mampu menembus sistem pernapasan dan berdampak serius terhadap kesehatan manusia. Selain itu, partikulat juga berperan dalam menurunkan kualitas lingkungan dan mempercepat proses degradasi ekosistem.
Pemantauan yang konsisten menggunakan sensor partikulat berkualitas tinggi menjadi langkah strategis dalam menjaga udara tetap bersih.
Dengan pemahaman yang baik dan dukungan teknologi yang tepat, pengendalian polusi udara dapat dilakukan secara efektif dan berkelanjutan.
Untuk keperluan pemantauan PM2.5 dan PM10 secara profesional, Anda dapat menggunakan berbagai jenis alat pemantau kualitas udara dari brand terpercaya yang tersedia di TestingIndonesia.
TestingIndonesia menyediakan sensor partikulat digital dan sistem pemantauan kualitas udara terintegrasi dengan tingkat akurasi tinggi, serta layanan kalibrasi dan dukungan teknis di seluruh Indonesia. Hubungi TestingIndonesia untuk mendapatkan solusi terbaik dalam pengukuran dan pemantauan kualitas udara sesuai kebutuhan Anda.


